English
Good Luck, IISMA Awardees!
Thursday (9/9), the Office of International Affairs (OIA) Universitas Gadjah Mada (UGM) held a Discharge and Pre-Departure event for Recipients of the Indonesia International Student Mobility Award (IISMA) 2021. This event was held online via Zoom Meeting, and was attended by IISMA awardees from Gadjah Mada University (UGM). This year, there were 109 students who were accepted as IISMA awardees from UGM, which made UGM the campus with the most awardees at this inaugural IISMA.
This event is divided into two sessions, namely the release session and the pre-departure session. The release session was filled by the Vice Chancellor for Cooperation and Alumni (Prof. Dr. Paripurna, SH, M.Hum., LL.M.) together with the Vice Chancellor for Education, Teaching and Student Affairs (Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno , M.Agr.). In this session, Paripurna and Djagal gave a message for the awardees to always be adaptive but still maintain the good name of the country and campus. In addition, both of them advised the awardees to make the best use of this opportunity to increase their experiences and connections.
“Well, what form of gratitude do you all have to manifest, first to protect the good name of the nation and state. This is very important because overseas things are very different,” said Djagal. “Therefore, maintain a good personality, have a good personality so that it doesn’t fade even if you are placed anywhere,” he continued.
The release session also took place in two ways, where there were two awardees who had the opportunity to share their experiences in the destination country. One of them is Fakhri Ghiffari, a 2019 UGM Mechanical Engineering student who had the opportunity to undergo a student exchange in Boston, United States.
“So in various dormitories, almost all the roommates are foreigners which allows us to mingle,” said Fakhri, conveying his initial impressions in Boston. “Yesterday, after the flight, it was a bit tiring because you couldn’t go directly to Boston. But everything was really, really worth it at the end,” he continued.
The event then continued to the second session, namely the pre-departure workshop. This session contains debriefing material and preparation for student participation abroad. This session began with a presentation by the Head of the UGM Office of International Affairs, I Made Andi Arsana, ST, ME, Ph.D. Within ten minutes, Bli Andi—as he is fondly called—talked about how to maximize the IISMA experience. Some of them were about cultural and cultural adaptation, the opportunity to build a skill base, and tips on becoming a global citizen. The presentation closed with an interesting analogy from Bli Andi regarding “holding the door”, where IISMA students have an obligation to “hold the door” on opportunities for other students who are also determined to get this golden opportunity (IISMA).
“Hopefully what you get now is not paid to the person who gives it but to the person in need. I call it to pay forward,” said Andi.
This session was then followed by a workshop from Sekar Utami Setiastuti, a lecturer at the Faculty of Economics and Business UGM. Slightly different from her previous presentations, Sekar talked about the sweet and bitter experiences of studying abroad.
“That year was the toughest year I’ve had in my life. I haven’t felt a day without an existential crisis,” said Sekar when talking about her experience taking her master’s degree in North Carolina. There are several things that cause discomfort, including lack of preparation before living in a new country and intense competition between students.
However, Sekar then gave tips for overcoming this. Some of these include accepting responsibility, self-discipline, and above all to be persistent, but knowing when to seek help. “And thankfully I survived,” concluded Sekar.
The last session of the workshop was filled with presentations by Naresy International Education Consultant (NIEC), a well-known education agent in Indonesia. Edy Purwanto, MA. as a representative of NIEC, said that there are actually three roles for the awardees: namely campus ambassadors, media ambassadors, and ambassadors for themselves. Ambassador of the country means being an ambassador for UGM and Indonesia, media ambassador means being a connector for information about IISMA for other students, and ambassador for yourself means being a knight for yourself in facing the challenges during the exchange later. In closing, the event continued with a quiz via Quizziz and a photo with the awardees.
Bahasa
Good Luck, IISMA Awardees!
Kamis (9/9), Kantor Urusan Internasional (KUI) Universitas Gadjah Mada (UGM) menyelenggarakan acara Pelepasan dan Pra-Keberangkatan Mahasiswa Penerima Indonesia International Student Mobility Award (IISMA) 2021. Acara ini diselenggarakan secara daring via Zoom Meeting, dan diikuti oleh para penerima beasiswa (awardee) IISMA yang berasal dari Universitas Gadjah Mada (UGM). Tahun ini, terdapat 109 mahasiswa yang diterima sebagai awardee IISMA dari UGM, yang menjadikan UGM sebagai kampus dengan awardee terbanyak pada IISMA perdana ini.
Pada pelaksanaannya, acara ini terbagi menjadi dua sesi, yakni sesi pelepasan dan sesi pra-keberangkatan. Sesi pelepasan diisi oleh Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni (Prof. Dr. Paripurna, S.H., M.Hum., LL.M.) bersama dengan Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Kemahasiswaan (Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno, M.Agr.). Pada sesi ini, Paripurna dan Djagal memberi pesan bagi para awardee untuk senantiasa adaptif tetapi tetap menjaga nama baik negara dan kampus. Selain itu, keduanya berpesan agar para awardee dapat memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya untuk memperbanyak pengalaman serta koneksi.
“Nah, bentuk syukur apa yang harus anda semua itu wujudkan, pertama menjaga nama baik bangsa dan negara. Ini sangat penting sekali karena di luar negeri segala sesuatunya sangat berbeda,” kata Djagal. “Oleh karena itu, tetap punya kepribadian, punya personality yang baik supaya tidak luntur meski anda ditempatkan di manapun,” lanjutnya.
Sesi pelepasan juga berlangsung dua arah, di mana terdapat dua awardee yang berkesempatan untuk menceritakan pengalamannya di negara tujuan. Salah satunya yakni Fakhri Ghiffari, mahasiswa Teknik Mesin UGM 2019 yang berkesempatan untuk menjalani pertukaran pelajar di Boston, Amerika Serikat.
“Jadi di berbagai dormitory hampir semua roommatenya itu dengan orang asing sehingga kami dapat berbaur di sini,” kata Fakhri, menyampaikan kesan awalnya di Boston. “Kalau kemarin dari flightnya sih agak-agak melelahkan karena tidak dapat langsung ke Boston. Namun semuanya sangat-sangat worth it di akhir,” lanjutnya.
Acara kemudian dilanjutkan ke sesi kedua, yakni workshop pra-keberangkatan. Sesi ini berisi materi pembekalan dan persiapan partisipasi mahasiswa ke luar negeri. Sesi ini diawali dengan pemaparan materi oleh Kepala Kantor Urusan Internasional UGM, I Made Andi Arsana, ST, ME, Ph.D. Dalam kurun waktu sepuluh menit, Bli Andi—sebagaimana akrab beliau disapa—bercerita mengenai cara memaksimalkan pengalaman IISMA ini. Beberapa diantaranya yakni adaptasi kultur dan budaya, kesempatan membangun basis keahlian, hingga kiat menjadi warga dunia. Pemaparan ditutup dengan analogi menarik dari Bli Andi mengenai “menahan pintu”, di mana mahasiswa IISMA memiliki kewajiban untuk “menahan pintu” kesempatan bagi para mahasiswa lain yang juga bertekad untuk mendapatkan kesempatan emas (IISMA) ini.
“Mudah-mudahan apa yang adik-adik dapatkan sekarang tidak dibayarkan ke orang yang memberikan tapi kepada orang yang membutuhkan. Saya menyebutnya to pay forward,” kata Andi.
Sesi ini kemudian dilanjutkan dengan workshop dari Sekar Utami Setiastuti, dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Sedikit berbeda dengan pemaparan-pemaparan sebelumnya, Sekar bercerita mengenai manis-pahit pengalamannya menempuh pendidikan di luar negeri.
“That year was the toughest year i’ve had my life. Nggak ada satu hari pun saya rasakan tanpa existential crisis,” kata Sekar saat bercerita mengenai pengalamannya menempuh S2 di North Carolina. Terdapat beberapa hal yang menyebabkan adanya rasa tidak nyaman, diantaranya kurangnya persiapan sebelum hidup di negara baru serta persaingan antar pelajar yang intens.
Namun, Sekar kemudian bercerita mengenai kiatnya untuk mengatasi hal tersebut. Beberapa diantaranya yakni menerima tanggung jawab yang diemban, disiplin diri, dan yang terutama untuk menjadi tekun, tetapi tahu kapan saat untuk mencari pertolongan. “And thankfully i survived,” pungkas Sekar.
Sesi terakhir workshop diisi dengan pemaparan materi oleh Naresy International Education Consultant (NIEC) sebagai agen pendidikan ternama di Indonesia. Edy Purwanto, MA. sebagai perwakilan NIEC, berkata bahwa sejatinya terdapat tiga peran para awardee: yakni duta kampus, duta media, serta duta bagi diri sendiri. Duta negara artinya menjadi duta bagi UGM dan Indonesia, duta media artinya menjadi penyambung informasi mengenai IISMA bagi mahasiswa-mahasiswa lain, serta duta bagi diri sendiri artinya menjadi ksatria bagi diri sendiri dalam menghadapi tantangan-tantangan semasa exchange nantinya. Sebagai penutup, acara kemudian dilanjutkan dengan kuis melalui Quizziz dan foto bersama para awardees.
Recent Comments