English Version
Thursday (4/11) OIA UGM received a visit from Mulawarman University. This visit aims to discuss how Mulawarman University from Samarinda, East Kalimantan could cultivate their international exposure. As an office that bridges the partnership between UGM and partners from abroad, OIA UGM is expected to be able to provide information on this matter. This visit was carried out in a blended-visit (online and offline), where some representatives from OIA UGM and Mulawarman University met directly at the OIA UGM Office, Yogyakarta.
This visit began with a presentation about “UGM at a Glance” from I Made Andi Arsana, or usually called Pak Andi, as the Head of OIA UGM. In general, this presentation contains general information about UGM, such as UGM statistics and examples of research and activities by UGM’s civitas academica that have had some positive impact, such as Kuliah Kerja Nyata (community service). In addition, the importance of academic internationalization with global partnerships was also explained. Some real examples that UGM has are the DREaM summer program, the international undergraduate program (IUP), and the provision of scholarships for international students.
After that, the discussion went both ways. Representatives from Mulawarman University asked about tips for establishing and maintaining international cooperation. Regarding this matter, Mr. Andi replied that Mulawarman University could invite foreign parties who have interest especially in Kalimantan. Beside that, the University could also hold cooperation between young people in Kalimantan or partners from abroad to become co-hosts in an event. From there, good relations between the University and various parties can continue to be established.
To start the university’s international affairs, of course, there will be many parties involved in this, including the university’s internal parts. Then how to convince the rectorate to do this? Mr. Andi replied that to align point of views between many people is indeed difficult, but it is inevitable. Each internal leader needs to think far and visionary, so that the international exposure of Mulawarman University could be achieved.
About the promotion of the university, Mr. Agus as the Head of the Mobility Division of OIA UGM also expressed his opinion. Mr Agus stated that MoU is considered more effective in promoting UGM to foreign partners. Mrs. Adhe also added that if there is an inactive MoU, it could be reactivated again by re-informing our partners about the MoU itself. Social media is also the main promotion media of OIA UGM. This is done through the creation of contents that are millennials-friendly, such as vlogs, interviews of international students, and TikToks about outgoing programs.
Student involvement also plays an important role in the university’s international exposure. If OIA focuses on admissions matters and supporting facilities for international students, in this visit, OIA also introduces the UGM Buddy Club (UGMBC). UGMBC is an organization that provides assistance to international students to adapt at UGM and Yogyakarta as well as assisting KUI in managing several administrative matters such as immigration. UGMBC is ran by UGM students, making the bound of incoming students and foreign students more likelyto be built.
Lastly, the final discussion was about introduction to Indonesian culture and language programs. Mulawarman University itself has a similar program called BIPA, and it was established in 2007. OIA UGM then shared information about INCULS UGM and how to promote the program. According to Ms. Petty and Ms. Roro, this can be achieved through promotion of alumni who have participated in INCULS before. International students who enter the degree program could also be directed to participate in INCULS UGM first, because most classes at UGM use Indonesian as the official language.
Indonesia Version
Kamis (4/11) OIA UGM mendapatkan kunjungan dari Universitas Mulawarman. Kunjungan ini bertujuan untuk membuka diskusi bagaimana pihak Universitas Mulawarman dari Samarinda, Kalimantan Timur dapat mempromosikan universitasnya ke kancah internasional. Sebagai kantor yang menjembatani kemitraan antara UGM dengan kampus mitra dari luar negeri, OIA UGM diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hal tersebut. Kunjungan ini dilaksanakan secara bauran, dimana sebagian perwakilan dari OIA UGM dan Universitas Mulawarman bertemu secara langsung di Kantor OIA UGM.
Kunjungan ini diawali dengan presentasi “UGM at a Glance” dari I Made Andi Arsana, atau biasa disapa Pak Andi, selaku Kepala OIA UGM. Secara umum, paparan ini berisikan informasi umum mengenai UGM, seperti statistik UGM serta contoh penelitian serta aktivitas civitas academica UGM yang membawa dampak positif, seperti KKN. Selain itu, pentingnya academic internationalization dengan global partnership juga turut dipaparkan. Beberapa contoh nyata yang dimiliki UGM yakni pengadaan summer program DREaM, program international undergraduate program (IUP), serta pengadaan beasiswa.
Selepas itu, diskusi berjalan dua arah. Perwakilan dari Universitas Mulawarman bertanya mengenai tips untuk menjalin dan mempertahankan kerjasama internasional. Mengenai hal ini, Pak Andi menjawab bahwa pihak Universitas Mulawarman dapat turut serta mengajak kerjasama pihak-pihak luar negeri yang memiliki keterkaitan terhadap Kalimantan. Selain itu, dapat pula mengadakan kerjasama antara anak muda ataupun mitra dari luar negeri untuk menjadi host bersama dalam sebuah acara. Berangkat dari sana, hubungan baik antara Universitas dengan berbagai pihak dapat terus tercipta.
Untuk merintis adanya kerjasama internasional, tentu nantinya akan banyak pihak yang terlibat dalam hal ini, termasuk juga pihak-pihak internal universitas. Terkait topik mengenai cara meyakinkan para petinggi untuk melakukan hal ini, Pak Andi menjawab bahwa penyatuan pandangan memang sulit, namun tak dapat disinyalir bahwa hal tersebut adalah solusi. Tiap-tiap pihak internal perlu dibuat berpikir secara jauh dan visioner, sehingga cita-cita adanya international approach di Universitas Mulawarman dapat tercapai.
Perihal promosi universitas, Pak Agus sebagai Kepala Divisi Mobilitas OIA UGM turut menyampaikan pendapatnya. Menurut beliau, MoU dinilai lebih efektif dalam mempromosikan UGM. Bu Adhe pun menambahkan bahwa apabila ada MoU yang kurang aktif, bisa dibangkitkan lagi dengan menginformasikan kembali ke mitra tersebut atau ke fakultas. Selain itu, sosial media pun turut menjadi garda terdepan dari promosi program-program virtual yang dimiliki OIA UGM. Hal ini dilakukan melalui pembuatan konten yang dekat dengan anak muda, seperti vlog, interview mahasiswa internasional yang sedang belajar di UGM, hingga penggunaan TikTok untuk edukasi mengenai outgoing programs.
Keterlibatan mahasiswa juga memiliki peran penting untuk menjalankan program internasional universitas. Apabila OIA fokus pada urusan admisi serta fasilitas penunjang seperti asrama, akademik, dan semacamnya, maka pada kunjungan kali ini juga diperkenalkan UGM Buddy Club (UGMBC). UGMBC adalah organisasi yang memberikan bantuan kepada mahasiswa internasional agar dapat beradaptasi di UGM dan Jogja sekaligus membantu KUI dalam mengurus beberapa hal administrasi seperti keimigrasian.
Diskusi kemudian berlanjut hingga topik penyelenggaraan program pengenalan budaya dan bahasa Indonesia. Universitas Mulawarman sendiri memiliki program serupa yang bernama BIPA, dan sudah ada sejak 2007. OIA UGM kemudian berbagi informasi mengenai INCULS UGM serta bagaimana mempromosikan program tersebut. Menurut Mbak Petty dan Mbak Roro, hal ini dapat dicapai melalui promosi alumni yang pernah mengikuti INCULS sebelumnya. Selain itu, semua mahasiswa internasional yang masuk ke program degree dapat diarahkan untuk belajar terlebih dahulu di INCULS UGM, karena kebanyakan kelas di UGM menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang digunakan secara resmi.
Recent Comments